pengantar
Obat merupakan sedian atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, 2005).
Obat adalah sedian yang digunakan perawat untuk mengobati penyakit pada seorang pasien di rumah sakit. Obat mempunyai banyak jenis dan banyak cara pemberian obat. Tidak semua obat dapat dilakukan dengan satu jenis pemberian obat. berikut saya rangkum tentang rute pemberian obat.
Ada beberapa cara pemberian obat yang berbeda. Anda mungkin terbiasa dengan suntikan dan pil yang Anda telan, tetapi obat-obatan juga dapat diberikan dengan berbagai cara lain.
Rute pemberian obat dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Rute | Penjelasan |
bukal | dipegang di dalam pipi |
enteral | dikirim langsung ke lambung atau usus (dengan G-tube atau J-tube) |
terhirup | dihirup melalui tabung atau topeng |
diinfuskan | disuntikkan ke pembuluh darah dengan infus dan perlahan-lahan menetes seiring waktu |
intramuskular | disuntikkan ke otot dengan jarum suntik |
intratekal | disuntikkan ke tulang belakang Anda |
intravena | disuntikkan ke pembuluh darah atau ke jalur infus |
sengau | diberikan ke hidung dengan semprotan atau pompa |
mata | diberikan ke mata dengan tetes, gel, atau salep |
oral | ditelan melalui mulut sebagai tablet, kapsul, permen pelega tenggorokan, atau cairan |
berhubung dgn telinga | diberikan dengan tetes ke telinga |
rektal | dimasukkan ke dalam rektum |
subkutan | disuntikkan tepat di bawah kulit |
sublingual | diadakan di bawah lidah |
topikal | dioleskan ke kulit |
transdermal | diberikan melalui tambalan yang ditempelkan pada kulit |
Cara Pemberian Obat
Selain rute pemberian obat sebagai perawat kita juga perlu tahu cara pemberian obat yang benar. berikut saya akan jelaskan prinsip cara pemberian obat yang benar. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya malpraktik dan mencegah komplikasi.
Prinsip 12 Benar Cara Pemberian Obat
1. Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara mencocokkan program pengobatan pada pasien, nama, nomor register, alamat untuk mengidentifikasi kebenaran obat. Hal ini penting untuk membedakan dua klien dengan nama yang sama, karena klien berhak untuk menolak penggunaan suatu obat, dan klien berhak untuk mengetahui alasan penggunaan suatu obat.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik dan pasien harus mendapatkan informasi tersebut atau menghubungi apoteker untuk menanyakan nama generik dari nama dagang obat yang asing. Jika pasien meragukan obatnya, maka perawat harus memeriksanya lagi dan perawat harus mengingat nama dan obat kerja dari obat yang diberikan. Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya, perawat harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan, saat obat diprogramkan, dan ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
3. Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan agar perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti alat untuk membelah tablet, spuit atau sendok khusus, gelas ukur, obat cair harus dilengkapi alat tetes. Beberapa hal yang harus diperhatikan:
a. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
b. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan dengan mempertimbangkan berat badan klien (mg/BB/hari), dosis obat yang diminta/diresepkan, dan tersedianya obat. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
c. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
d. Dosis yang diberikan kepada klien sesuai dengan kondisi klien
4. Benar Cara Pemberian
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda dan rute obat yang diberikan diantaranya inhalasi, rektal, topikal, parenteral, sublingual, peroral. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh tempat kerja obat yang diinginkan, sifat fisik dan kimiawi obat, kecepatan respon yang diinginkan, dan keadaan umum pasien.
a. Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan yang memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas sehingga berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya.
b. Rektal yaitu pemberian obat melalui rektum yang berbentuk enema atau supositoria yang memiliki efek lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti pasien yang tidak sadar/kejang (stesolid supp), hemoroid (anusol), konstipasi (dulcolax supp).
c. Topikal yaitu pemberian obat melalui membran mukosa atau kulit misalnya tetes mata, spray, krim, losion, salep.
d. Parenteral yaitu pemberian obat yang tidak melalui saluran cerna atau diluar usus yaitu melalui vena (perinfus/perset).
e. Oral adalah rute pemberian obat yang paling banyak dipakai karena aman, nyaman, dan ekonomis dan obat juga dapat diabsorpsi melalui rongga mulut seperti Tablet ISDN.
5. Benar Waktu
Untuk dapat menimbulkan efek terapi dari obat dan berhubungan dengan kerja obat itu sendiri, maka pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan sesuai dengan prinsip benar waktu yaitu:
a. Perawat bertanggung jawab untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
b. Memberikan obat-obat yang dapat mengiritasi mukosa lambung seperti aspirin dan kalium bersama-sama dengan makanan.
c. Pemberian obat juga diperhatikan apakah bersama-sama dengan makanan, sebelum makan, atau sesudah makan.
d. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (T ½). Obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari dengan selang waktu tertentu, sedangkan obat yang memiliki waktu paruh panjang diberikan sehari sekali.
e. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari untuk mempertimbangkan kadar obat dalam plasma tubuh. Misalnya dua kali sehari, tiga kali sehari, empat kali sehari, atau enam kali sehari.
f. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
6. Benar Dokumentasi
Pemberian obat harus sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit. Perawat harus selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan. Perawat harus mendokumentasikan kepada siapa obat diberikan, waktunya, rute, dan dosis setelah obat itu diberikan
7. Benar Evaluasi
Setelah pemberian obat, perawat selalu memantau atau memeriksa efek kerja obat kerja tersebut
8. Benar Pengkajian
Sebelum pemberian obat, perawat harus selalu memeriksa tanda-tanda vital (TTV).
9. Benar Reaksi dengan Obat Lain
Pada penyakit kritis, penggunaan obat seperti omeprazol diberikan dengan chloramphenicol.
10. Benar Reaksi Terhadap Makanan
Pemberian obat harus memperhatikan waktu yang tepat karena akan mempengaruhi efektivitas obat tersebut. Untuk memperoleh kadar yang diperlukan, ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya Indometasin dan ada obat yang harus diminum sebelum makan misalnya Tetrasiklin yang harus diminum satu jam sebelum makan.
11. Hak Klien Untuk Menolak
Perawat harus memberikan “inform consent” dalam pemberian obat dan klien memiliki hak untuk menolak pemberian obat tersebut
12. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien
Perawat memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan pendidikan kesehatan khususnya yang berkaitan dengan obat kepada pasien, keluarga pasien, dan masyarakat luas diantaranya mengenai perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, hasil yang diharapkan setelah pemberian obat, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, penggunaan obat yang baik dan benar, dan sebagain
Jenis Jenis Obat
Selanjutnya hal yang perlu diketahui berikutnya adalah jenis jenis obat. obat diciptakan untuk mengobati penyakit. Perlu diketahui juga bahwa banyak bentuk obat yang perlu diketahui. berikut merupakan jenis jenis obat:
Cair
Bagian aktif obatnya dikombinasikan dengan cairan agar lebih mudah diminum atau diserap lebih baik. Cairan juga bisa disebut 'campuran', 'larutan' atau 'sirup'. Banyak cairan umum sekarang tersedia tanpa pewarna atau gula tambahan.
Tablet
Bahan aktif digabungkan dengan bahan lain dan ditekan menjadi bentuk padat bulat atau oval. Ada berbagai jenis tablet . Tablet yang larut atau dapat terdispersi dapat dengan aman dilarutkan dalam air.
Kapsul
Bagian aktif obatnya terkandung di dalam cangkang plastik yang larut perlahan di perut. Anda bisa membongkar beberapa kapsul dan mencampurkan isinya dengan makanan kesukaan anak Anda. Yang lain perlu ditelan utuh, supaya obatnya tidak terserap sampai asam lambung mengurai cangkang kapsul.
Jenis obat lain:
Obat topikal
Ini adalah krim, losion, atau salep yang dioleskan langsung ke kulit. Mereka datang dalam bak, botol atau tabung tergantung pada jenis obatnya. Bagian aktif obatnya bercampur dengan zat lain, sehingga mudah dioleskan ke kulit.
Supositoria
Bagian aktif obatnya digabungkan dengan zat lain dan ditekan menjadi 'bentuk peluru' sehingga bisa disisipkan ke bawah. Supositoria tidak boleh ditelan.
Tetes
Ini sering digunakan di mana bagian aktif obat bekerja paling baik jika mencapai area yang terkena secara langsung. Mereka cenderung digunakan untuk mata , telinga atau hidung .
Inhaler
Bagian aktif obat dilepaskan di bawah tekanan langsung ke paru-paru. Anak kecil mungkin perlu menggunakan alat 'spacer' untuk meminum obat dengan benar. Inhaler mungkin sulit digunakan pada awalnya sehingga apoteker Anda akan menunjukkan cara menggunakannya.
Suntikan
Ada berbagai jenis injeksi, bagaimana dan di mana mereka disuntikkan. Suntikan subkutan atau SC diberikan tepat di bawah permukaan kulit. Suntikan intramuskular atau IM diberikan ke dalam otot. Suntikan intratekal diberikan ke dalam cairan di sekitar sumsum tulang belakang. Suntikan intravena atau IV diberikan ke pembuluh darah. Beberapa suntikan bisa diberikan di rumah tetapi kebanyakan diberikan di tempat operasi dokter atau di rumah sakit.
Implan atau tambalan
Obat-obatan ini diserap melalui kulit, seperti koyok nikotin untuk membantu berhenti merokok, atau implan kontrasepsi.
Tablet yang tidak Anda telan (dikenal sebagai tablet atau cairan bukal atau sublingual)
Ini terlihat seperti tablet atau cairan biasa, tetapi Anda tidak menelannya. Obat bukal disimpan di pipi sehingga lapisan mulut menyerap bahan aktif. Obat sublingual bekerja dengan cara yang sama tetapi diletakkan di bawah lidah. Obat bukal dan sublingual cenderung hanya diberikan dalam keadaan yang sangat spesifik.
Golongan Obat dan Fungsinya
1. Obat Bebas
Obat bebas ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Ini menunjukkan bahwa obat tersebut dapat dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep dokter.Di negara-negara Barat, obat ini disebut OTC atau over-the-counter. Ini adalah obat yang paling aman dan bisa dibeli bebas di warung, toko obat, maupun apotek.
Meskipun disebut aman, obat bebas tetap tidak boleh digunakan sembarangan. Karena bagaimanapun, obat memiliki kandungan kimia yang dapat berdampak pada tubuh.Obat-obatan yang dapat dibeli secara bebas biasanya digunakan untuk mengatasi penyakit yang memiliki gejala ringan. Contohnya adalah parasetamol, vitamin, multivitamin, dan antasida.
2.Obat Bebas Terbatas
Obat jenis ini sebenarnya masih bisa dibeli tanpa resep dokter, namun tetap tergolong obat keras. Jadi bagi orang yang memiliki penyakit tertentu, penggunaan obat ini harus dilakukan dengan hati-hati dan sebaiknya menggunakan resep dokter.
Meski gejala dan keluhan penyakit sama, obat yang digunakan belum tentu sama. Obat ini ditandai dengan lingkaran biru bergaris tepi hitam.
Pengunaan obat ini pun harus mengikuti aturan pengobatan yang tertera pada kemasan. Jangan lupa perhatikan tanggal kedaluwarsa obat, serta membaca informasi pada kemasan tentang petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan, efek samping, dosis obat, cara menyimpan obat, dan lainnya.
Selain itu, terdapat 5 jenis obat bebas terbatas, yaitu:
P.No.1: Awas! Obat keras. Baca aturan pemakaiannya.
P.No.2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P.No.3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P.No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P.No.5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.
Beberapa obat yang dijual bebas terbatas adalah CTM, Theopiline, Tremenza, dan Lactobion.
3. Obat Keras
Obat keras hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Golongan obat ini ditandai dengan lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K di tengah yang menyentuh garis tepi.
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini, misalnya antibiotik, obat-obatan yang mengandung hormon, obat penenang, dan lain-lain.
Ketahuilah bahwa obat ini tidak bisa sembarang dikonsumsi, karena dapat berbahaya, mer. acuni tubuh, memperparah penyakit, atau menyebabkan kematian sehingga harus digunakan sesuai aturan yang tepat.
Contoh dari obat keras adalah asam mefenamat, loratadine, alprazolam, clobazam, pseudoefedrin
4. Obat Narkotik
Obat ini merupakan golongan obat yang paling berbahaya. Obat golongan narkotik mempunyai simbol seperti tanda plus dengan lingkaran berwarna merah.
Obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, dengan tanda tangan dokter disertai nomor izin praktik dokter pada resep tersebut, dan tidak dapat menggunakan kopi resep.
Golongan obat narkotik berbahan dasar tanaman atau buatan berupa sintesis ataupun semi sintetis. Obat-obatan narkotik atau psikotropika dapat menimbulkan ketergantungan pada penggunanya, sehingga pemakaiannya perlu diawasi dengan ketat sesuai anjuran dan kebutuhan.
contoh obat Narkotika adalah codeine.
4. Obat fitofarmaka
Obat golongan ini memiliki tanda kristal salju berwarna hijau pada lingkaran kuning dengan tepi warna hijau.
Perbedaannya dari obat herbal biasa terletak pada proses pengolahan bahan herbal yang telah ditunjang oleh bukti ilmiah secara penelitian klinik (sampai ke manusia), sehingga dapat disetarakan dengan obat modern.
Penelitian klinik akan lebih meyakinkan para dokter untuk mempergunakan obat ini karena telah terbukti, sehingga dapat disetarakan dengan obat-obat modern lainnya.
Contoh obat fitofarmaka adalah obat untuk memperkuat daya tahan tubuh Anda. seperti Stimuno,tolak angin,dan Inlacin
5. Obat Herbal Terstandar (OHT)
Golongan obat ini ditandai dengan simbol lingkaran kuning dengan garis tepi hijau dan gambar tiga buah bintang hijau di dalamnya.
Obat ini merupakan obat yang diekstrak dari bahan alam seperti dari tanaman, hewan, maupun mineral. Umumnya obat ini telah ditunjang dengan bukti ilmiah, yaitu secara penelitian pre-klinik, uji toksisitas dan dibutuhkan proses rumit, keterampilan dan teknologi tinggi.
Contoh obat yang merupakan obat herbal terstandar adalah obat untuk meredakan sakit saat datang bulan.
6. Obat Herbal
Kemasan obat herbal dilabeli dengan gambar logo tumbuhan atau pohon berwarna hijau dengan lingkaran hijau. Bahan dasar dari obat herbal terbuat dari seluruh bagian tanaman yang telah diolah untuk mendapatkan khasiatnya sesuai dengan prosedur keamanan.
Obat herbal atau jamu biasanya secara turun temurun selama beberapa generasi, karena dinilai berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Contoh obat herbal yang sering ditemukan di pasaran adalah obat untuk mencegah masuk angin.
0 Komentar